Sunday 25 August 2013

Rindu Hadirmu, Sahabat!

"Kepada mujahid benteng kebenaran,
Selalu Rindu akan lahir kejayaan,
Kepada pewaris tatanan gemilang,
Menapak tegak menyongsong masa depan.."

Memori itu datang kembali..
Tentang kisah para syuhada, yang terekam jelas diingatan, didukung dengan ribuan foto perjuanganmu, diperkuat dengan jutaan susunan kata yang menggambarkan kisah heroikmu sahabat. Sungguh begitu teriris dan merinding melihat foto dan kisah mu kawan, aku masih tak dapat menerka bahwasanya inilah goresan fakta sebuah perjuangan di serambi para Nabi, Mesir. Perjuanganmu sungguh suci, tanpa membawa ambisi pribadi, hanya berbekalkan mushaf abadi kau berani menentang tirani, dan rindu untuk mati, seakan Allah sudah menantimu Sahabat. Sungguh aku iri kau bisa berjuang dengan begitu gagahnya. Belum lagi, saat aku melihat juga kawanku di Syria, yang dengan heroiknya melafalkan syahadat, padahal sudah setengah badannya terkubur, ya para biadab tirani tergerak untuk menguburmu hidup-hidup kawan. Belum lagi kawan, sungguh aku tak kuat melihat ratusan bahkan ribuan jasad para pejuang di Syria yang dibombardir senjata kimia. Ketenanganmu bertemu Rabb mu sungguh menjadi inspirasi tersendiri untukku sahabat.  Mungkin semua beranggapan dunia begitu kejam, tp aku yakin kawan, kau bahagia, kau rindu untuk bersegera bertemu dengan Sang Maha Pengasih juga Penyayang. Engkau begitu rindu akan kematian, begitu syahdunya menjemput jannahmu, menunggu sambutan para bidadari Surga....

Sungguh sahabat, kau menjadi guruku, kau mengajariku betapa sebuah keharusan memaknai sebuah usaha, memaknai sebuah perjuangan, memaknai sebuah perjalanan, juga .... kau menjadi guruku yang memperlihatkanku betapa indahnya Surga, lewat goresan senyummu sahabat.. Sungguh perjuanganku belum bs dibandingkan dengan perjuanganmu, aku iri, mungkin jika aku boleh menganalogikan perjuanganku hanya bagai sebutir kerikil kecil dibanding perjuanganmu yang bagai sebuah gunung perkasa dan menjulang tinggi.

Aku tidak mengenalimu, belum pernah bertegur sapa denganmu, juga tidak pernah mendengarmu meneriakkan kebeneran, aku bahkan hanya sebatas melihat secarik foto-foto yang mengisahkan perjuanganmu kawan. Sungguh kau orang berhati besar kawan, kau belum juga berkenalan denganku, tapi sudah ikhlas mengajariku akan jutaan pelajaran, juga ikhlas menginspirasi dengan senyum indahmu. Sungguh aku ingin berkenalan denganmu sahabat, berbagi kisah perjuangan denganmu, bercanda, bersenda gurau bersamamu. Doakan aku sahabat semoga bisa berjuang se-heroik dirimu, mempunyai prinsip seteguh dirimu, juga selalu menjadikan kebaikan menjadi pemikiran bukan sekedar pengetahuan.

Sahabat, apa kabar dirimu sekarang? Semoga aku bisa berjuang dengan konsisten, hingga kita dipertemukan-Nya di tepi telaga Kautsar, di Jannah Firdaus-Nya. Sungguh, rindu,  selalu tergetar ...ya merinding dengan banyak kisahmu. Sungguh aku iri..dan rindu akan hadirmu wahai sahabat.



Thursday 22 August 2013

Dulu, Kami Menggoyangkan Langit!

“Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita”- Soekarno

Tepat 68 tahun yang lalu, frasa "perjuangan" sangat melekat dengan bangsa ini, kalimat-kalimat optimisme adalah ciri khas manusia-manusia yang hidup berpijak di tanah bumi pertiwi ini, sebut saja kisah heroik yang mungkin tidak akan pernah mati dimakan usia, kisah bangsa berlambangkan Garuda ini dengan Bambu Runcing andalannya. Belum lagi berbicara soal harga diri, Amerika pun yang sekarang meng-hegemoni tak akan bisa menandingi bumi pertiwi. Negeri seribu pulau ini pun juga menggemparkan dunia dengan kecerdasan intelektualnya, sebut saja BJ Habibie yang membawa terbang garuda ini dengan karyanya, sebut saja Agus Salim yang menikam dengan kecerdasan diplomasinya, beliau mampu membungkam puluhan orang yang menghina dirinya jg bangsanya. Berbicara soal perubahan, negeri ini selalu punya harapan untuk mencapainya, terbukti lewat semangat yang selalu berkobar, sebut saja bung Tomo, hingga bung Karno  yang menghentak penjajah lewat orasinya. Maka bangsa mana yang berani meremehkan juga merendahkan Garudaku ini?!

Akan tetapi, detik ini, 68 tahun setelahnya, Garudaku yang bernama "Indonesia" ini seakan terbelenggu, terperangkap, dan terjerat. Sehingga tak bisa terbang bebas melangit luas. 17 Agustus bahkan kemerdekaan bangsa ini hanya menjadi prosedural tanpa memikirkan hingga menyentuh hal-hal substansial. Sebut saja euforia 17 Agustus ini, cenderung tidak menjadi hal "sakral" lagi, upacara bendera hanya menjadi formalitas, selebihnya semua lebih suka terjun dalam karnaval yang menurut saya cenderung berlebihan. Garudaku, sungguh miris melihat tubuhmu ini mulai dijarah lagi oleh asing, Amerika, China,hingga lainnya, terbukti dengan mulai menyebarnya penjarahan kekayaan alam, sebut saja banyaknya sektor migas yang dikuasai asing sesuai peta penyebaran ini.




Belum lagi, hingga sampai kau pun takut untuk bergerak bahkan bersikap, rantai rantai tirani pun mulai membelenggu dan mempermainkanmu. Sebut saja SBY yang berpikir sangat lama untuk bergerak bela perdamaian Mesir, padahal dulu Agus Salim bawa Garuda ini terbang melangit luas di langit perdamaian dunia. Garudaku, sunggu aku rindu ketajamanmu, ketegasanmu, juga keberanianmu. 

Aku tak mau juga mengingatkanmu, bahwa kau telah sakit kronis, penyakit ini seakan akan merusak sayap perkasamu, melemahkan nuranimu, dan membutakan mata mu. Penyakit ini sudah  sangat terkenal di bumi pertiwi, dari anak kecil sampai  aki-aki menyebutnya dengan "Korupsi". Maaf, sepertinya korupsi ini memang substansi dari kemerdekaan kita, bukan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa ini. Terbukti lewat banyaknya berita di media, lebih banyak memaparkan penyakit ini, daripada senyuman bahagia bumi pertiwi, aku takut .... Kau mati oleh korupsi, karena korupsi bisa dibilang saat ini mengalahkan harga diri bumi pertimi.. Ironis.

Tapi, aku selalu mengingat bahwasanya 68 tahun yang lalu kalimat optimisme selalu menjadi kekuatan lebih bangsa ini. Maka tenang Garudaku, engkau tidak akan mati!! Karena Pemuda masih bernyawa, dan akan selalu berteriak .... "Garudaku, Siapakah yg berani mem-belenggumu?!"

Dirgahayu RI

Saiful Islam Robbani – Fak. Farmasi Universitas Padjadjaran

Saturday 17 August 2013

SBY Tak Bernyawa Sungguh Aku Kecewa




Puluhan tahun rezim diktator Husni Mubarak mengekang mesir! Jutaan rakyat Mesir hidup dibawah kediktatoran Rezim itu. Lalu tahun lalu persis, tahun 2012 akhirnya para pemuda dan rakyat yang sudah tak tahan mulai bergerak dan menggoyang kursi kepemimpinan Mubarak, yang katanya semangat revolusi di Mesir ini meniru semangat reformasi kita membenamkan rezim Orba buatan Soeharto. Lalu akhirnya pemilu demokratis pertama pun dilangsungkan di Mesir, yang akhirnya dimenangkan oleh Dr. Moursi, Presiden Pertama Mesir yang terpilih secara demokratis. 
Perubahan perubahan signifikan mulai dilakukan oleh Moursi, sebut saja roda perekonomian Mesir yg mulai mandiri dan kuat, sebut saja pembangunan yang mulai massive dan gerakan gerakan lainnya. Puluhan tahun rezim Mubarak menghancurkan kekuatan Mesir, mematikan potensi potensi Mesir, tp dgn pembenahan konsisten Moursi ini berangsur mulai mengembalikan lagi Mesir pada masa jaya nya dan siap untuk melalang buana.

Ironis, entah dunia atau konspirasi mana yang mengawali langit mendung Mesir ini, tepat setahun, ya baru setahun kepemimpinan Moursi, ya baru setahun pembenahan signifikan ini, militer Mesir yang cenderung sekuler dan tempat kumpul sisa sisa antek Mubarak ini merangsek, dan meng "kudeta" kepemimpinan Moursi, dengan alasan tak masuk akal, katanya Moursi tdk bisa menjaga stabilitas Mesir dan akan menerapkan konstitusi baru. Siapa pun, yang menjadi dalang dibalik semua ini! Lihat lah Allah Maha Perkasa. 

Demokrasi sakral ini telah dirampas begitu saja ! Ini tentu kejahatan terhadap demokrasi!

Akhirnya, jutaan warga Mesir turun ke jalan untuk tuntut dikembalikannya demokrasi dan dibebaskannya presiden sah nya , Moursi! Mereka turun ke jalan membawa perdamaian, mereka turun ke jalan berbekal AlQur'an, tanpa senjata, dengan perdamaian. Sudah sekitar 2 bulan lebih duduki jalanan Mesir, dengan damai. Tapi respon militer ternyata negatif, mereka mulai tergerak untuk mengusir dengan cara membantai para demonstran!

Miris, tepat hari ini, Rabu, 14 Agustus '13, militer instruksikan untuk membersihkan jalanan dari para demonstran! Baru satu jam, siang tadi sudah ratusan syahid menuju Rabb nya dan ribuan luka akibat kebiadaban Militer. Mereka gunakan sniper, gunakan tank, gunakan benda tajam dan lainnya, sedangkan demonstran hanya berbekal kesabaran dan kedamaian. Ironis!! Kabar terakhir pukul 19.00 korban sudah mencapai 3000 an meninggal! Tak hanya dibunuh secara terang terangan, mereka juga tergerak membakar hidup hidup para demonstran dan melindasnya dengan tank tank besarnya! Kejadian di Mesir ini adalah penistaan terhadap kemanusiaan. Sungguh sebuah penistaan. Ironisnya lagi, Media Dunia bungkam akan hal ini, mereka seakan akan sudah di setting untuk tidak meliput pembantaian pesanan ini. Di televisi nasional bahkan hanya diberitakan militer menggunakan gas air mata saja, sungguh lebih kejam dari itu!

Dan biadabnya lagi, Indonesia yg (katanya) negeri penjunjung demokrasi, hanya bisa diam. Baginda SBY tiba tiba tuli dan mati nuraninya. Beliau tidak berani bersikap, hanya diam buta, seperti tak bernyawa, bisu untuk bicara, tuli untuk mendengar fakta, malah bangga menjadi boneka amerika. 68 tahun yang lalu, Mesir yang akui pertama kedaulatan kita, tp 68 tahun setelahnya Garuda dibawah kendali SBY tumbuh dan berkembang sebagai bangsa buta, terhadap fakta dan realita, hanya bs bicara dengan tema partainya. Hanya peduli akan kondisi partainya, bukan bangsanya, bukan pula saudaranya! Indonesia yang menjadi bangsa muslim demokratis terbesar di dunia, harusnya segera mengutuk keras kebiadaban ini. Bukan diam! Bapak SBY sudah mati tak bernyawa kehilangan jiwa dan nuraninya.........Sungguh aku kecewa.

Dimana nuranimu? Aku tulus dan sungguh ingin kau jawab dalam hati kalian masing masing kawan ..

Saiful Islam Robbani

Fak. Farmasi - Universitas Padjadjaran

Tuesday 13 August 2013

Optimis Idealis!

"Sejarah pergolakan dan perubahan sosial di banyak negara mencatat, peranan gerakan mahasiswa sangat menentukan. Mereka tampil sebagai inspirator melalui gagasan dan tuntutannya, tampil sebagai garda depan dengan keberaniannya dan senantiasa dikenang sebagai pahlawan melalui pengorbanannya..
Catatan perjuangan gerakan mahasiswa memang tidak selalu diakhiri kemenangan, tetapi yang pasti, Ide-ide perjuangan mereka terus hidup sampai akhirnya kemenangan diraih oleh para penerus dan pendukungnya." 
 - Mahfudz Siddiq